1. Pengertian
Masa Pra-Aksara
-
Pra
= sebelum
-
Aksara
= tulisan
Jadi, zaman pra aksara
adalah zaman sebelum manusia mengenal tulisan. Zaman ini berlangsung di Indonesia sampai abad
ke-3 Masehi. Jadi,pada abad ke-4 Masehi,
manusia Indonesia baru mengenal tulisan.
2. Pembagian
Zaman Pra-aksara di Indonesia
A.
Arkaeozoikum
Zaman
ini terjadi sekitar 2500 juta tahun yang lalu. Belum ada kehidupan apapun
karena kondisi/keadaan bumi yang masih panas.
B.
Palaeozoikum
Zaman ini disebut juga Zaman Primer dan terjadi sekitar 340 juta
tahun yang lalu. Sudah ada kehidupan berupa makhluk bersel satu. Kondisi
bumipun masih panas.
C.
Mesozoikum
Zaman ini disebut juga Zaman Sekunder dan terjadi sekitar 140 juta
tahun yang lalu. Di zaman ini, mulai muncul reptil-reptil raksasa yang disebut
dinosaurus. Zaman ini disebut juga Zaman Reptil.
D.
Neozoikum
Zaman ini disebut juga Kainozoikum dan terjadi sekitar 60 juta
tahun yang lalu. Zaman ini terbagi menjadi dua masa, yaitu Zaman Tersier yang
ditandai dengan munculnya binatang-binatang mamalia dan Zaman Kuarter yang
ditandai dengan munculnya jenis manusia purba. Zaman Kuarter terbagi lagi
menjadi dua, yaitu Zaman Dilluvium (Pleistosin) atau zaman es dan Zaman
Alluvium (Holosin) yang ditandai dengan munculnya manusia.
3. Pembabakan
Kehidupan Masyarakat Pada Zaman Pra Aksara
a.
Perkembangan
Zaman Pra Aksara berdasarkan Arkeologi
Dibagi menjadi 2 :
·
Zaman
Batu => alat-alat kehidupan masih terbuat dari batu.
Zaman
Batu Tua (Palaeolithikum)
Ciri-ciri :
1. Manusia
menggunakanalat-alat dari batu, sebagian kecil dari tulang yang kasar.
2. Alat yang digunakan berupa kapak genggam, kapak berimbas, dan alat serpik.
3. Bertempat tinggal secara berpindah-pindah (nomaden).
4. Belum mengenal seni.
5. Manusia hidup dengan cara meramu dan berburu (food gathering).
2. Alat yang digunakan berupa kapak genggam, kapak berimbas, dan alat serpik.
3. Bertempat tinggal secara berpindah-pindah (nomaden).
4. Belum mengenal seni.
5. Manusia hidup dengan cara meramu dan berburu (food gathering).
Zaman
Batu Madya (Mesolithikum)
Ciri-ciri :
1.
Alat-alat yang digunakan lebih halus daripada Zaman Batu Tua.
2. Ditemukan goa tempat tinggal (abris sous roche).
3. Mulai mengenal seni yang berupa lukisan cap tangan di dinding gua.
4. Ditemukan bukit karang hasil sisa sampah dapur (kjokkenmoddinger).
5. Mulai mengenal kepercayaan.
2. Ditemukan goa tempat tinggal (abris sous roche).
3. Mulai mengenal seni yang berupa lukisan cap tangan di dinding gua.
4. Ditemukan bukit karang hasil sisa sampah dapur (kjokkenmoddinger).
5. Mulai mengenal kepercayaan.
Zaman
Batu Muda (Neolithikum)
Ciri-ciri :
1.
Peralatan yang digunakanbatu sudah dihaluskan.
2. Mengenal pakaian dari kayu, perhiasan manik-manik.
3. Tempat tinggal mulai menetap (sedenter).
4. Mulai bercocok tanam (food producing).
5. Kepercayaan animisme dan dinamisme mulai berkembang.
2. Mengenal pakaian dari kayu, perhiasan manik-manik.
3. Tempat tinggal mulai menetap (sedenter).
4. Mulai bercocok tanam (food producing).
5. Kepercayaan animisme dan dinamisme mulai berkembang.
·
Zaman
Logam =>alat-alat yang dihasilkan adalah alat-alat yang dominan perunggu,
sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu.
b.
Pembabakan
Zaman Pra Aksara Berdasarkan Ciri Kehidupan Masyarakat
·
Masa
Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
1)
Keadaan Lingkungan Benua
Indonesia terletak di
antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Ada pengaruh iklim dan pengaruh penyebaran
hewan, manusia, dan kebudayaan, sebagai akibat pernah bergabungnya Indonesia
dengan kedua benua tersebut.
Tempat yang banyak air
dan makanannya merupakan tempat tinggal manusia purba. Mereka mendapat makanan
secara langsung dari alam, tanpa melalui proses, baik dalam mengumpulkan sampai
pada cara makan.
2)
Keberadaan Manusia
a)
Penelitian
tahap I tahun 1889-1909 oleh Dr. Eugene Dubois. Fosil yang ditemukan adalah Pithecanthropus
Erectus, yang ditemukan di Trinil dekat Ngawi. Seluruh temuan Dubois tentang
manusia purba di Indonesia adalah fosil-fosil tengkorak, ruas leher, rahang,
gigi, tulang paha, dan tulang kering.
b)
Penelitian
tahap II tahun 1931-1941 oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koeningswald. Fosil
yang ditemukan adalah Pithecanthropus Soloensis, di Ngandong Kabupaten Blora. Antara
tahun 1936-1941 Von Koeningswald menemukan fosil-fosil rahang, gigi, dan
tengkorak di Sangiran Surakarta.
c)
Penelitian
tahap III, sebagian besar penemuan di Sangiran, yang menemukan bagian-bagian
tubuh Pithecanthropus yang belum pernah ditemukan sebelumnya, seperti tulang
muka dan dasar tengkorak.
Ada beberapa jenis
manusia purba di Indonesia
a)
Meganthropus
Meganthropus
Palaeojavanicus adalah manusia paling primitif yang pernah ditemukan di
Indonesia oleh Von Koeningswald tahun 1936 dan 1941 di formasi Pucangan,
Sangiran. Fosil yang ditemukan tersebut
berupa rahang manusia purba yang berukuran besar. Fragmen rahang bawah lain
ditemukan oleh Marks pada tahun 1952 di lapisan terbawah formasi Kabuh.
b)
Pithecanthropus Erectus
Pitecanthropus Erectus
adalah fosil manusia yang paling banyak ditemukan di Indonesia, yaitu di
Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Bentuknya
tak setegap Meganthropus. Pithecanthropus berarti manusia kera yang berjalan
tegak.
c)
Homo
Homo Sapiens Wajak I
ditemukan dekat Campurdarat Tulungagung Jawa Timur oleh Van Rietschoten tahun
1889, terdiri atas tengkorak (fragmen rahang bawah dan beberapa buah ruas
leher).
Homo Sapiens Wajak II
ditemukan oleh Dubois tahun 1890 di tempat yang sama, terdiri atas
fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan rahang bawah, serta tulang
paha dan tulang kering.
3)
Teknologi
Pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat sederhana, hanya mengutamakan segi praktis sesuai
dengan tujuan penggunaannya saja, namun lama kelamaan ada penyempurnaan bentuk.
Di Indonesia dikenal dua macam teknik
pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu (tradisi kapak perimbas dan tradisi
serpih). Pada perkembangan berikutnya ditemukan alat-alat dari tulang dan
tanduk. Movius menggolongkan alat-alat
dari batu sebagai perkakas zaman pra aksara, yaitu kapak perimbas, kapak
penetak, pahat genggam, proto kapak genggam, dan kapak genggam. Selain itu, perkakas
lain yang dihasilkan pada masa ini antara lain adalah :
> Chopper ( kapak
penetak / kapak genggam / kapak seterika, dinamakan demikian sesuai dengan
bentuk dan cara penggunaannya.
> Flakes (serpih bilah) yaitu pecahan batu kecil dan pipih serta tajam yang digunakan sebagai pisau.
> Tulang dan Tanduk Hewan, alat ni digunakan sebagai mata panah, pengorek ubi dan ujung tombak.
Perkakas-perkakas tersebut ditemukan di Pacitan Jawa Timur, Ngandong dan Sangiran (Jawa Tengah)
Kebudayaan rohani yang ditemukan pada masa ini adalah penguburan orang yang telah meninggal, berbeda dengan binatang.
> Flakes (serpih bilah) yaitu pecahan batu kecil dan pipih serta tajam yang digunakan sebagai pisau.
> Tulang dan Tanduk Hewan, alat ni digunakan sebagai mata panah, pengorek ubi dan ujung tombak.
Perkakas-perkakas tersebut ditemukan di Pacitan Jawa Timur, Ngandong dan Sangiran (Jawa Tengah)
Kebudayaan rohani yang ditemukan pada masa ini adalah penguburan orang yang telah meninggal, berbeda dengan binatang.
4)
Kehidupan Sosial
Manusia purba semenjak
Pithecanthropus hingga Homo Sapiens dari Wajak, menggangtungkan kehidupannya
pada kondisi alam. Mereka hidup
berkelompok dengan pembagian tugas, bahwa yang laki-laki ikut kelompok berburu
dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuhan dan hewan-hewam kecil. Alat-alat yang dibuat dari batu, kayu, tulang,
dan tanduk terus-menerus mengalami penyempurnaan bentuk, sesuai dengan
perkembangan alam pikiran mereka.
·
Masa
Berburu Dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
1.
Keadaan Lingkungan
Api sudah dikenal sejak
sebelumnya, karena sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup. Terputusnya hubungan kepulauan Indonesia
dengan Asia Tenggara pada akhir masa Glasial ke 4 terputus pula jalan hewan
yang semula bergerak leluasa menjadi lebih sempit dan terbatas, dan terpaksa
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Tumbuh-tumbuhan yang ditanam adalah
kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian dan biji-bijian, seperti juwawut, padi,
dan sebagainya.
2.
Keberadaan Manusia
Ada 2 ras yang mendiami
Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah dan badak
untuk dimakan.
3.
Teknologi
Ada 3 tradisi pokok
pembuatan alat-alat pada masa Pos Plestosin, yaitu tradisi serpih bilah,
tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera. Persebaran alatnya meliputi Pulau Sumatera,
Jawa, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Papua.
Alat tulang ditemukan di
Tonkin Asia Tenggara, sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Lawa Semanding Tuban,
di Gua Petpuruh Utara Prajekan, dan Sodong Marjan di Besuki. Kapak genggam Sumatera ditemukan di daerah
pesisir Sumatera Utara, yaitu di Lhok Seumawe, Binjai dan Tamiang.
4.
Masyarakat
Manusia banyak mendiami
gua-gua terbuka atau gua-gua paying yang dekat dengan sumber air atau sungai
sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput dan sebagainya. Mereka membuat lukisan-lukisan di dinding gua,
yang menggambarkan kegiatannya, dan juga kepercayaan masyarakat pada saat itu.
·
Masa
Bercocok Tanam
1.
Manusia
Manusia yang hidup pada
masa bercocok tanam di Indonesia Barat mendapat pengaruh besar dari ras Mongoloid,
sedangkan di Indonesia Timur sampai sekarang lebih dipengaruhi oleh komponen
Austromelanesoid.
2.
Teknologi
Masa bertanam di
Indonesia dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah
alat dari batu dan mulai dikenalnya teknologi pembuatan grabah. Perkakas menjadi lebih halus, manusia sudah mulai memasak, mulai
mempercantik diri dengan ditemukan berbagai perhiasan.
Perkakas yang dihasilkan: kapak persegi, kapak lonjong, gerabah/tembikar, barang-barang perhiasan dari batu. Alat yang terbuat dari batu dan biasa diasah adalah beliung, kapak batu, mata anak panah, mata tombak, dan sebagainya. Diantara alat batu yang paling terkenal adalah beliung persegi.
Perkakas yang dihasilkan: kapak persegi, kapak lonjong, gerabah/tembikar, barang-barang perhiasan dari batu. Alat yang terbuat dari batu dan biasa diasah adalah beliung, kapak batu, mata anak panah, mata tombak, dan sebagainya. Diantara alat batu yang paling terkenal adalah beliung persegi.
3.
Kehidupan Masyarakat
Mereka sudah menunjukkan
tanda-tanda akan menetap di suatu tempat, dengan kehidupan baru, yaitu mulai
bercocok tanam secara sederhana dan mulai memelihara hewan. Tempat tinggal, dari yang masih sangat
sederhana berbentuk bulat dengan atap dan dinding dari rumbai, perlahan-lahan
berubah sedikit demi sedikit kepada bentuk yang ebih maju dengan daya tampung
yang lebih banyak, untuk menampung keluarga mereka. Masyarakat merasa bahwa tanah merupakan kunci
dari kehidupan. Oleh karena itu, mereka
meningkatkan manfaat kegunaan tanah, termasuk penguasaan terhadap
binatang-binatang peliharaan. Yang jelas
mereka sudah tidak lagi bergantung pada alam.
4.
Pemujaan Roh Nenek Moyang
Penujaan roh leluhur
maupun kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib menjadi adat kebiasaan
masyarakat saat itu. Kebiasaan itu lazim
disebut animisme dan dinamisme. Tradisi
mendirikan bangunan megalitik (batu besar) muncul berdasarkan kepercayaan
adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati.
·
Masa
Perundagian
1.
Penduduk
Manusia yang bertempat
tinggal di Indonesia pada masa ini dpat diketahui dari berbagai penemuan
sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, antara lain di Anyer Utara Jawa Barat,
Puger Jawa Timur, Gilimanuk Bali, dan Melolo Sumbawa Timur. Pada masa ini perkampungan sudah lebih besar,
karena adanya hamparan pertanian, dan mereka kemudian mulai mengadakan aktifias
perdagangan.
2.
Teknologi
Pada masa perundagian
ini, teknologi berkembang sangat pesat, sebagai akibat adanya
penggolongan-penggolongan dalam masyarakat. Teknologi yang berkembang seiring dengan
perkembangan kebutuhan, nampaknya menyangkut dan melibatkan berbagai bidang
yang lain. Saat itu juga sedang berkembang
teknologi peleburan, pencampuran, penempaan, dan pencetakan berbagai jjenis
logam yang dibutuhkan manusia.
Di Indonesia, berdasarkan
temuan-temuan arkeologis, penggunaan logam sudah dimulai beberapa abad sebelum
masehi, yaitu penggunaan perunggu dan besi. Secara berangsur-angsur dan bertahap,
penggunaan kapak batu diganti dengan logam. Namun logam tidak mudah menggeser peranan
grabah yang masih tetap bertahan karena memang tidak semuanya dapat digantikan
dengan logam. Perkakas
yang dihasilkan pada zaman perundagian: kapak corong, candrasa, nekara, mokko,
bejana, dan barang-barang perhiasan dari logam lainnya
3.
Kehidupan Sosial Budaya
Seni ukir dan seni hias
yang diterapkan pada benda-benda megalitik mengalami kemajuan yang pesat. Yang sangat menonjol pada masa perundagian ini
adalah kepercayaan pada arwah nenek moyang, karena dipercaya sangat besar
pengaruhnya terhadap perjalanann hidup manusia dan masyarakatnya. Kehidupan dalam masyarakat masa perundagian
adalah hidup yang penuh rasa setia kawan. Perasaan solidaritas ini tertanam dalam hati
setiap orang sebagai warisan dari nenek moyang.
·
Masa Batu Besar / Megalithikum
Ø Kebudayaan baru besar atau Megalithikum
sebenarnya bukan babakan budaya tersendiri. Kebudayaan ini berkembang seiring
dengan perkembangan kebudayaan spiritual / rohani manusia purba. Manusia purba
sudah mempercayai bahwa setelah kematian ada kehidupan, meski mereka belum
faham benar tentang hal itu. Maka kemudian setiap kematian selalu ditandai
dengan menggunakan bangunan batu yang besar. Perkakas
pada zaman megalitikum antara lain adalah :
Ø Menhir
Ø Dolmen
Ø Sarkofagus
Ø Waruga
Ø Kubur Batu
Ø Punden Berundak-undak
Ø Arca
4. Berakhirnya
Masa Praaksara di Indonesia
Berakhirnya masa praaksara tiap-tiap bangsa tidak bersamaan.
Mengapa demikian? Hal ini berkaitan erat dengan tingkat peradaban dari
bangsa-bangsa yang bersangkutan. Bangsa Sumeria misalnya, telah mengenal tulisan
sejak 4000 SM. Bangsa Sumeria menggunakan simbol-simbol sebagai huruf yang
disebut piktograf. Sedangkan, Bangsa Mesir Kuno mengenal tulisan
sejak 3000 SM. Tulisan Bangsa Mesir Kuno hampir sama dengan tulisan Bangsa
Sumeria. Hanya perbedaannya, huruf Bangsa Mesir Kuno
menggunakan simbol-simbol seperti perkakas, hewan, atau alat transportasi
tertentu. Huruf ini disebut hieroglif.
Indonesia mengakhiri masa praaksara pada awal abad ke-5 Masehi. Para pedagang India datang pada saat itu dan membawa kebudayaan dari India berupa seni arsitektur bangunan, sistem pemerintahan, seni sastra dan tulisan. Tulisan tertua di Indonesia terdapat di Batu Yupa, Kutai, Kalimantan Timur. Tulisan tersebut menggunakanhuruf Pallawa. Sejak berakhirnya masa praaksara, muncullah masa aksara (masa sejarah). Di Indonesia, sudah mengalami kemajuan. Sistem pemerintahan kerajaan mulai berkembang, agama Hindu-Buddha mulai berkembang. Kegiatan perdagangan dan pelayaran pun semakin maju.
Indonesia mengakhiri masa praaksara pada awal abad ke-5 Masehi. Para pedagang India datang pada saat itu dan membawa kebudayaan dari India berupa seni arsitektur bangunan, sistem pemerintahan, seni sastra dan tulisan. Tulisan tertua di Indonesia terdapat di Batu Yupa, Kutai, Kalimantan Timur. Tulisan tersebut menggunakanhuruf Pallawa. Sejak berakhirnya masa praaksara, muncullah masa aksara (masa sejarah). Di Indonesia, sudah mengalami kemajuan. Sistem pemerintahan kerajaan mulai berkembang, agama Hindu-Buddha mulai berkembang. Kegiatan perdagangan dan pelayaran pun semakin maju.
~~~
Attention : Jika ingin meng-COPAS, mohon sertakan sumber, hargai penulis! Trimakasih :)
0 komentar:
Posting Komentar