PEMBAHASAN
Permasalahan
Yang Melatarbelakangi Rendahnya Minat Membaca Di Kalangan Pelajar
Pertama, sistem pembelajaran belum memuat
anak-anak, siswa, dan mahasiswa harus membaca buku (lebih banyak lebih baik),
mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan,
mengapresiasikan karya-karya ilmiah, filsafat, sastra, dan sebagainya. Kadang,
pemerintah kurang tepat dalam menentukan kurikulum yang harus dilaksanakan di
Indonesia ini. Dengan banyak waktu yang dihabiskan di sekolah untuk belajar,
anak kadang berfikir bahwa waktu yang dihabiskan untuk belajar dan membaca di
sekolah saja sudah cukup dan mereka cenderung tidak membaca materi guru di rumah.
Mereka membaca atau mengulang materi dari guru jika esoknya akan ada ulangan
ataupun ada PR saja.
Kedua, banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian pelajar dari buku. Selain itu, browsing di internet terkadang lebih asyik bagi para pelajar ketimbang harus membaca buku pelajaran yang mereka pikir terlalu membosankan. Pelajar rela menghabiskan waktu dengan HP, laptop, ataupun gadget mereka untuk membuka internet seperti bermain facebook, twitter, youtube, ataupun media lain dari pada mencari hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupan mereka ataupun membaca buku.
Ketiga, banyaknya tempat hiburan untuk
menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat karaoke, night club, mall,
supermarket. Tempat-tempat seperti ini kadang digunakan oleh para pelajar
dewasa untuk bermain setelah pulang sekolah. Jika mereka bisa membagi waktu
antara bermain di luar dengan belajar, maka itu tidak akan masalah. Tetapi
kadang para pelajar ini lupa waktu jika sudah berada di tempat hiburan.
Misalnya saja di mall, mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk
melihat baramh-barang yang dijual di mall walaupun kadang mereka tidak
bermaksud membelinya. Karena terlalu lama, mereka kadang lupa waktu untuk
belajar dan terus jalan-jalan walaupun sampai malam. Dan itu membuat para
pelajar untuk lupa akan waktu belajarnya, apalagi membaca.
Keempat, budaya baca memang belum pernah
diwariskan nenek moyang kita. Kita hanya terbiasa mendengar berbagai dongeng,
kisah, adat-istiadat secara verbal dikemukakan orang tua, nenek, dan tokoh
masyarakat. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa orang Indonesia
lebih senang mendengar ataupu berbicara dari pada membaca. Ini terbukti dari
sebagian besar pelajar lebih suka mendengar berita ataupun menonton sinetron di
televisi, dan jika sedang berkumpul dengan teman sejawat, mereka akan lebih
suka untuk ngerumpi untuk membicarakan hal-hal yang menurut mereka asyik untuk
dibicarakan, seperti menggosip ataupun bercerita tentang isi hati mereka
masing-masing.
Kelima, para ibu orang tua kita senantiasa
disibukkan berbagai kegiatan, serta membantu mencari tambahan nafkah untuk
penghidupan keluarga. Kadang itu membuat para pelajar merasa kehilangan kasih
sayang dan mencari kegiatan lain untuk mencari cara menghilangkan kejenuhan dan
itu cenderung mengarah ke hal yang negative.
Keenam, sarana untuk memperoleh bacaan,
seperti perpustakaan atau taman bacaan, masih merupakan barang aneh dan langka.
Itu membuat para pelajar menjadi malas untuk membaca karena mereka tidak bisa
dengan mudah mencari bahan bacaan. Di internet juga tidak semua informasi ada,
selain itu terlalu lama berada di depan laying computer ataupun sejenisnya bisa
membuat mata tidak sehat atau bahkan bisa membuat kita memakai kaca mata.
Ketujuh, mempunyai sifat malas yang
merajalela dikalangan anak-anak maupun dewasa untuk membaca dan belajar demi
kemajuan diri masing-masing untuk menambah ilmu pengetahuan. Ini merupakan
masalah terbesar bagi rendahnya minat baca para pelajar karena ini merupakan
masalah dari dalam diri pelajar yang harus mereka lawan sendiri. Sifat malas
tersebut muncul secara tiba-tiba atau sudah menjadi kebiasaan seoraang pelajar
malas untuk membaca.
1.
Faktor
Penyebab Rendahnya Minat Baca pada Siswa
Rendahnya minat baca
pada siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya sebagai berikut
:
A. Lemahnya
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Salah satu
faktor yang menyebabkan kemampuan membaca siswa tergolong rendah karena sarana
dan prasarana pendidikan khususnya perpustakaan dengan buku-bukunya belum
mendapat prioritas dalam penyelenggaraannya. Sedangkan kegiatan membaca
membutuhkan adanya buku-buku yang cukup dan bermutu serta eksistensi
perpustakaan dalam menunjang proses pembelajaran.
Faktor lain yang
menghambat kegiatan siswa untuk mau membaca adalah kurikulum yang tidak secara
tegas mencantumkan kegiatan membaca dalam suatu bahan kajian, serta para tenaga
kependidikan baik sebagai guru, dosen maupun para pustakawan yang tidak
memberikan motivasi pada anak-anak peserta didik bahwa membaca itu
penting untuk menambah ilmu pengetahuan, melatih berfikir kritis, menganalisis
persoalan, dan sebagainya.
1) Kurangnya
Pengelolaan Perpustakaan dan Koleksi Buku
Di hampir semua sekolah pada semua jenis dan jenjang
pendidikan, kondisi perpustakaannya masih belum memenuhi standar sarana dan
prasarana pendidikan. Perpustakaan sekolah belum sepenuhnya berfungsi. Jumlah
buku-buku perpustakaan jauh dari mencukupi kebutuhan tuntutan membaca sebagai
basis pendidikan, serta peralatan dan tenaga yang tidak sesuai dengan
kebutuhan. Padahal perpustakaan sekolah merupakan sumber membaca dan sumber
belajar sepanjang hayat yang sangat vital dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
B. Kemajuan
Teknologi
Minat baca siswa
yang rendah dewasa ini disebabkan oleh faktor, perkembangan
teknologi dan pusat-pusat informasi yang lebih menarik,, perkembangan
tempat-tempat hiburan (entertainment), acara televisi.
Sehingga status dan kedudukan perpustakaan, serta citra perpustakaan
dalam pandangan siswa sangat rendah. Hal ini secara lebih luas, dengan menengok
sendi-sendi budaya masyarakat yang pada dasarnya kurang mempunyai landasan
budaya baca, atau pewarisan secara intelektual. Masyarakat dalam memberitakan
sesuatu termasuk cerita-cerita terdahulu lebih mengandalkan budaya tutur
daripada tulisan. Latar budaya lisan itulah yang agaknya menjadi salah satu
sebab lemahnya budaya baca masyarakat, termasuk minat pada pustaka dan
perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan.
C. Kurangnya
Dukungan Keluarga dan Lingkungan
Rendahnya minat
baca di kalangan anak dapat disebabkan oleh kondisi keluarga yang tidak
mendukung, terutama dari orang tua anak-anak yang tidak mencontohkan kegemaran
membaca kepada anak-anak mereka. Selain itu, kurangnya perhatian dan pengawasan
orang tua mereka terhadap kegiatan anak-anaknya. Hal ini dapat dikaitkan pula
dengan konsep pendidikan yang diterapkan dan dipahami orang tua. Sementara
terkait dengan fasilitas, minimnya ketersediaan bahan bacaan di rumah juga
dapat membuat anak kurang berminat pada kegiatan membaca karena tidak ada atau
kurangnya sumber bacaan yang tersedia di rumah. Selain dari sisi keluarga,
terdapat juga pengaruh dari lingkungan. Karena pengaruh ajakan yang begitu kuat
dari lingkungan (teman), anak lebih memilih bermain dengan teman-temannya
dibanding membaca buku. Dan terakhir, ketersediaan waktu yang kurang, membuat
anak kurang berminat untuk membaca. Seperti kondisi beberapa
informan anak yang bersekolah dengan sistem full day school, tentu
sebagian besar waktu dalam sehari sudah banyak dihabiskan di sekolah.
Kesempatan memiliki waktu luang sangat terbatas. Apalagi jika masih ada
kegiatan-kegiatan rutin yang mereka jalani setelah pulang sekolah. Kalaupun
masih ada sisa waktu, mereka lebih memanfaatkan untuk bersantai dan melepas
lelah.
Rendahnya minat
baca siswa, tentu tidak hanya sebatas masalah kuantitas dan kualitas buku saja,
melainkan terkait juga pada banyak hal yang saling berhubungan. Misalnya,
mental anak dan lingkungan keluarga/masyarakat yang tidak mendukung. Orang kota
mungkin kesulitan membangkitkan minat baca siswa karena serbuan media informasi
dan hiburan elektronik. Sementara di pelosok desa, siswa lebih suka keluyuran
ketimbang membaca. Sebab, di sana lingkungan/tradisi membaca tidak tercipta.
Orang lebih suka ngerumpi atau menonton acara televisi daripada
membaca.
2.
Dampak
/ Akibat Rendahnya Minat Baca pada Siswa
Rendahnya minat baca
dapat bedampak kurang buruk, baik bagi diri sendiri, masyarakat bangsa dan
Negara.
A. Bagi
Diri Sendiri
Buruknya
kemampuan membaca siswa berdampak pada kekurangnya kemampuan mereka dalam
penguasan bidang ilmu pengetahuan dan matematika, menurunya prestasi yang
diraih, dan menyebabkan buta huruf. Selain itu, penurunan minat baca dari
kalangan siswa itu mengakibatkan, rata-rata nilai Ujian Nasinal enam mata
pelajaran yang diujikan pada setiap sekolah di bawah standar minimal kelulusan,
dan hanya mata pelajaran hanya beberapa mata pelajaran saja yang nilanya di
atas standar minimal kelulusan.
B. Bagi
Masyarakat, Bangsa dan Negara
Apabila rendahnya minat dan
kemampuan membaca siswa, maka dalam persaingan global kita akan selalu
ketinggalan dengan sesama negara berkembang, apalagi dengan negara-negara maju
lainnya. Kita tidak akan mampu mengatasi segala persoalan sosial, politik,
ekonomi, kebudayaan dan lainnya selama SDM kita tidak kompetitif, karena
kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, akibat lemahnya kemauan
dan kemampuan membaca. Penurunan minat membaca juga berpengaruh terhadap daya
saing tenaga kerja Indonesia yang menduduki urutan ke-46 di dunia, di bawah
Singapura (2), Malaysia (27), Filipina (32) dan Thailand (34). Sedangkan,
kualitas SDM Indonesia berdasar Indeks Pembangunan Manusia oleh PBB (UNDP)
2000, menduduki urutan ke-109, terendah dibanding sejumlah negara ASEAN,
seperti Vietnam (108), Jepang (9), Singapura (24), Brunei (32), Malaysia (61),
Thailand (76) dan Filipina (77).
3.
Beberapa
Cara Meningkatkan Minat Baca pada Siswa
A.
Sistem Pendidikan Nasional dan Kurikulum
Sistem
Pendidikan Nasional yang diatur dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
diharapkan dapat memberikan arah agar tujuan pendidikan di tanah air semakin
jelas dalam mengembangkan kemampuan potensi anak bangsa agar terwujudnya SDM
yang kompetitif dalam era globalisasi, sehingga bangsa Indonesia tidak selalu
ketinggalan dalam kecerdasan intelektual. Oleh sebab itu penyelenggaraan
pendidikan harus memenuhi beberapa prinsip antara lain :
1) Sebagai
suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
yang berlangsung sepanjang hayat.
2) Mengembangkan
budaya membaca, menulis dan berhitung.
Kedua prinsip di atas
harus saling bergayut. Artinya dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sepanjang hayat, harus diisi dengan kegiatan pengembangan budaya
membaca, menulis dan berhitung. Pengembangan kurikulum secara berdiversifikasi
khususnya dalam Bahan Kajian Bahasa Indonesia harus memuat kegiatan
pengembangan budaya membaca dan menulis dengan alokasi waktu yang cukup memberi
kesempatan banyak untuk membaca.
Demikian pula dalam
bahan kajian seni dan budaya, cakupan kegiatan menulis harus jelas dan
berimbang dengan kegiatan menggambar/melukis, menyanyi dan menari. Kegiatan
membaca dan menulis tidak saja menjadi prioritas dalam Bahan Kajian Bahasa
Indonesia dan Bahan Kajian Seni dan Budaya, tetapi hendaknya juga secara
implisit harus tercantum dalam Bahan-bahan Kajian lainnya.
B. Paradigma Tenaga Kependidikan
Guru,
dosen maupun para pustakawan sekolah sebagai tenaga kependidikan, harus merubah
mekanisme proses pembelajaran menuju “membaca” sebagai suatu sistem belajar
sepanjang hayat.
Setiap
guru, dosen dalam semua bahan kajian harus dapat memainkan perannya sebagai
motivator agar para peserta didik bergairah untuk banyak membaca buku-buku
penunjang kurikulum pada bahan kajian masing-masing. Misalnya dengan memberi
tugas-tugas rumah setiap kali selesai pertemuan dalam proses
pembelajaran. Dengan sistemreading drill secara kontinu maka membaca akan
menjadi kebiasaan peserta didik dalam belajar.
Pustakawan
pada perpustakaan sekolah yang didukung oleh para guru kelas sedapat mungkin
harus dapat menciptakan “kemauan” para peserta didik untuk banyak membaca dan
meminjam buku-buku di perpustakaan. Sistem promosi perpustakaan harus diadakan
dan diprioritaskan secara kontinu agar perpustakaan dikenal apa fungsi, arti,
kegunaan dan fasilitas yang dapat diberikannya. Tanpa promosi perpustakaan yang
gencar, mustahil orang akan mengenal dan tertarik untuk datang ke perpustakaan.
C.
Pengelolaan Perpustakaan Sekolah dengan
Baik
Perpustakaan
merupakan salah satu sumber belajar yang sangat penting untuk menunjang proses
belajar mengajar. Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar di sekolah,
perpustakaan sekolah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam upaya
meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan dan
pengajaran. Melalui penyediaan perpustakaan, siswa dapat berinteraksi dan
terlibat langsung baik secara fisik maupun mental dalam proses belajar (Darmono,
2001:2). Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang
kegiatan belajar mengajar siswa memegang peranan yang sangat penting dalam
memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan harus dapat
memainkan peran, khususnya dalam membantu siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan di sekolah. Pemanfaatan perpustakaan sekolah secara maksimal,
diharapkan dapat mencetak siswa untuk senantiasa terbiasa dengan aktifitas
membaca, memahami pelajaran, mengerti maksud dari sebuah informasi dan ilmu
pengetahuan, serta menghasilkan karya bermutu. Kebiasaan membaca buku yang
dilakukan oleh siswa, akan meningkatkan pola pikirnya sehingga perlu dijadikan
aktivitas kegiatan sehari-hari. Buku harus dicintai dan bila perlu dijadikan
sebagai kebutuhan pokok siswa dalam membantu tercapainya tujuan pendidikan di
sekolah. Perpustakaan sekolah dapat dijadikan sumber belajar siswa baik dalam
proses kegiatan belajar mengajar secara formal maupun non formal untuk membantu
sekolah dalam upaya mencapai tujuan pendidikan di sekolah tersebut. Hal penting
yang harus dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan minat baca siswa
adalah dengan melengkapi koleksi perpustakaan, baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Sudah saatnya perpustakaan sekolah tidak hanya berisi buku-buku
paket, koleksi perpustakaan juga dapat berupa buku-buku bacaan yang mampu
menarik minat siswa untuk membaca.
D.
Motivasi Guru dan Keluarga
Pada
dasarnya, pihak sekolah / guru bertanggungjawab ikut menumbuhkan minat baca
bagi siswa, karena dari sanalah sumber kreatifitas siswa akan muncul. Sekolah
harus mengajar anak-anak berpikir melalui budaya belajar yang menekankan pada
memahami materi.
Selain itu, juga
keluarga harus mendukung, terutama dari orang tua anak-anak yang harus
mencontohkan kegemaran membaca kepada anak-anak mereka. Selain itu, orang tua
juga harus memperhatian dan mengawasi terhadap kegiatan anak-anaknya. Sementara
terkait dengan fasilitas, ketersediaan bahan bacaan di rumah juga dipenuhi agar
membuat anak berminat pada kegiatan membaca karena sumber bacaan yang tersedia
di rumah..
4.
Kurangnya
Kegemaran Membaca
Kurangnya kegemaran membaca adalah menurunnya
keinginan untuk menambah pengetahuan lewat jendela dunia berupa bacaan sebagai
sumber informasi.
Rendahnya minat baca dikalangan siswa khususnya
siswa kelas X SMA dan masyarakat Indonesia pada umumnya, berpengaruh buruk
terhadap kualitas pendidikan. Wajar, sudah lebih setengah abad bangsa Indonesia
merdeka, permasalahan kualitas pendidikan masih berada dalam potret yang buram.
Kualitas pendidikan bangsa Indonesia masih tertinggal dari negara-negara
tetangganya.
Kurangnya kegemaran membaca di kalangan siswa
terjadi karena siswa terbiasa dicekoki oleh informasi instan yang biasa
diperoleh dari siaran TV dan media elektronik lainnya. Disamping itu, remaja
menganggap membaca adalah hal yang membosankan. Padahal dengan membaca
cakrawala intelektual kita bisa terbuka dan menjadikan kita lebih tanggap akan
lingkungan sekitar.
Mengingat pentingnya membaca dalam kehidupan
sehari-hari khususnya bagi para pelajar, maka tingginya minat baca bagi para
pelajar, wajib dipupuk karena membaca amat menentukan bagi prestasi seorang
pelajar. Bagaimana prestasi belajar siswa akan tinggi jika para siswa enggan
membaca baik buku–buku yang berhubungan denganpelajaran ataupun buku–buku
lainnya yang menunjang?.
Buku adalah harta terpendam yang dapat
mencerdaskan bangsa, bagaimana bangsa kita bisa cerdas jika setiap pelajarnya
enggan untuk membacanya. Tinggi rendahnya minat baca suatu bangsa amat
menentukan kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia
sangat menentukan perkembangan suatu bangsa.
Meskipun hampir di setiap sekolah memiliki
perpustakaan, namun selama ini perpustakaan hanya dianggap tempat menyimpan
buku. Hanya sedikit pelajar yang memiliki kesadaran untuk berkunjung ke
perpustakaan pada saat waktu luang. Sebagian besarnya menggunakan waktu luang
untuk kongkow-kongkow atau sekedar mengobrol kanan, kiri, kalaupun ada yang
berkunjung ke perpustakaan itu hanya pada saat–saat tertentu saja, misalnya
pada saat ada tugas dari para guru. Ada juga para siswa yang berkunjung ke
perpustakaan hanya untuk membaca cerita roman, para siswa tidak memiliki
kesadaran akan arti penting membaca.
A. Apa
yang menyebabkan munculnya masalah kurang membaca ?
- Karena
membaca bukan budaya masyarakat Indonesia. Kita lebih terbiasa mendengar orang
tua ataupun kakek nenek kita bercerita dan mendongeng ketimbang membaca buku
cerita.
- Pengaruh
budaya dengar, tonton, dan media elektronik yang berkembang pesat. Anak tidak
dibiasakannya mengisi waktu luang dengan membaca buku, sebaliknya tahan
berlama-lama nonton televisi. Ada yang mengatakan bahwa budaya baca di
Indonesia yang memprihatinkan ini karena kita langsung meloncat dari budaya
lisan ke gambar (televisi dan film). Sedangkan negara-negara barat dimulai dari
budaya bicara, baca, baru ke gambar.
- Sistem
pembelajaran di Indonesia belum membuat pelajar atau mahasiswa harus membaca
buku, mencari, dan menentukan informasi lebih dari sumber yang diajarkan di
sekolah.
- Kurang
tersedianya buku-buku yang berkualitas dengan harga yang terjangkau juga
menjadi faktor penyebab rendahnya minat baca. Hal itu diperparah minimnya
perpustakaan di tempat-tempat umum yang mudah dijangkau. Juga kurang memadainya
koleksi, fasilitas, dan pelayanan yang ada. Termasuk, tidak meratanya
penerbitan dan distribusi buku ke berbagai daerah.
Beberapa faktor penyebab kurangnya kegemaran membaca
di kalangan remaja adalah :
a) Faktor
Lingkungan
Lingkungan adalah faktor utama dalampembentukan
kepribadian seseorang, jika lingkungan sekitar kita berisikanorang-orang yang
memiliki hobi kongkow-kongkow, tidak suka membaca sedikit banyakakan
mempengaruhi diri kita.
b) Teknologi
yang semakin canggih
Banyaknya media hiburan seperti TV, komputer,
hand phone, VCD, tape recorder,dan lain–lain. Hal ini banyak menyita waktu dan
orang lebih memilih menikmatihiburan dibandingkan dengan membaca buku .
c) Kurangnya
Kesadaran
Meskipun kedua faktor di atas tidakada, hobi membaca
tidak akan tercipta jika kita tidak menanamkan kesadaran akanmanfaat membaca.
Namun sebaliknya, meskipun kedua faktor di atas ada , jika masing-masing
individu menanamkan rasa kesadaran akan pentingnya membaca, tentusaja hobi
membaca akan muncul dalam diri kita dan membaca akan menjadikebutuhan bagi diri
kita.
d) Kurangnya
Motivasi
Motivasi dari berbagai pihak amat dibutuhkan
terutama dari dewan guru dan orang tua murid .
e) Suasana
Perpustakaan yang kurang nyaman
B. Bagaimana
cara menanggulanginya ?
- Memberikan
pemahaman akan pentingnya membaca
Cara ini menekankan
pada siswa bahwa membaca memiliki banyak manfaat. Karena dari membaca
pengetahuan semakin luas dan akan banyak hal baru yang akan kita dapat .
- Motivasi
dari berbagai pihak
Guru sebagai
fasilitator wajib memberikan motivasi kepada para siswanya, dengan cara
memberikan berbagai tugas yang sumbernya dapat diperoleh di perpustakaan,
dengan begitu siswa akan sering berkunjung ke perpustakaan. Bukan hanya dewan
guru saja yang wajib memberi motivasi tapi juga orang tua siswa, karena
motivasi merupakan energi penting didalam meraih keberhasilan, dan merupakan
bentuk aktualisasi yang pada umumnya diwujudkan dalam perbuatan nyata.
- Membuat
suasana perpustakaan menjadi nyaman.
Suasana perpustakaan
yang nyamanmembuat para siswa betah untuk berlama-lama di perpustakaan dan hal
ini akanmendorong siswa untuk berkunjung ke perpustakaan serta membaca
buku–buku yang ada.
- Ketersediaan
buku-buku yang berkualitas di perpustakaan.
Buku-buku yang
berkualitas dan mudah di telaah akan mendorong para siswa untuk gemar membaca
dan menjadikan membaca sebagai kebutuhan.
- Adanya
kesamaan Visi dan Misi dari pemerintah dalam rangka meningkatkan minat baca
masyarakat pada umumnya dan khusus pelajar
- Selain
sekolah sebagai institusi yang mengajarkan membaca, peran ibu dinilai amat
berpengaruh. Seorang ibu biasanya memiliki waktu jauh lebih banyak dibandingkan
ayah. Anak juga lebih dekat dengan ibu. Ibu punya kekuatan luar biasa untuk
membentuk anak. Kalau ibu menggunakan peranannya dalam konteks memberikan
contoh yang baik bagi anaknya, seperti membaca maka anak akan menjadi pembaca.
- Mengenalkan
buku/bacaan terhadap anak sejak kecil, serta membiasakan diri untuk mengajak
anak mengunjungi toko buku dan perpustakaan.
- Guru
atau dosen lebih sering memberi tugas yang membuat anak didik harus mencari
informasi di perpustakaan.
- Berbeda
pada materi yang dibacanya, kemudian dilanjutkan dengan membahas inti bacaanya.
- Mengundang
penulis, nara sumber atau tokoh yang berhubungan dengan buku yang dibaca.
Sehingga dapat memotivasi untuk juga berkarya tulis.
- Melakukan
kunjungan ke tempat-tempat objek tulisan, sehingga dapat mencocokkan apa yang
dilihat dan dibaca.
- Membiasakan
saling memberikan buku sebagai hadiah.
- Meminjamkan
buku satu sama lain.
- Membuat
anggaran khusus belanja buku.
- Pengadaan
lomba-lomba membaca dan menulis, menggambar dengan memberikan penghargaan,
menjadi pendorong untuk menggairahkan minat baca.
- Mempagelarkan
karya-karya tulis dalam suatu pementasan, dimaksudkan untuk mengembangkan
budaya baca melalui seni seperti tari, nyanyi, musik, puisi dan lain-lain.
PEMBAHASAN
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kondisi rendahnya
kemampuan membaca masyarakat Indonesia diantaranya:
1.
Permasalahan di Dalam Lingkungan Sekolah.
Sekolah (pendidikan) merupakan sebagai salah satu tempat yang
dipercaya untuk melahirkan masyarakat (siswa) yang mampu membaca dan memiliki
bermacam pengetahuan. Rendahnya minat dan kemampuan membaca siswa akan memberi
pengaruh pada kemampuan akademik siswa yang bisa berdampak pada kualitas
kelulusan. Oleh sebab itu perlu diketahui beberapa hal yang menjadi penyebab
rendahnya kemampuan membaca siswa di sekolah antara lain yaitu:
·
Terbatasnya sarana dan prasarana membaca,
seperti ketersediaan perpustakaan dan buku-buku bacaan yang bervariasi.
Masih banyak
sekolah-sekolah di Indonesia yang masih mengandalkan ketersediaan buku paket
saja untuk kegiatan belajar di kelas, padahal ketersediaan buku-buku bacaan
penunjang yang menarik dan bermutu akan sangat memotivasi siswa dalam
memperluas pengetahuannya. Di beberapa sekolah yang telah memiliki fasilitas
perpustakaan juga belum memiliki pelayanan yang baik. Koleksi buku perpustakaan
masih didominasi oleh koleksi buku paket. Bahkan fasilitas beberapa ruang
perpustakaan masih sumpek, sempit, kurang ventilasi (gerah),
penataan buku tidak teratur dan pada dasarnya belum memberikan kenyamanan,
sehingga kegiatan membaca dalam perpustakaan menjadi membosankan, tidak
mengasyikkan dan tidak nyaman.
·
Situasi pembelajaran yang kurang memotivasi siswa untuk
mempelajari buku-buku tertentu di luar buku-buku paket.
Pembelajaran
di kelas lebih sering masih berpusat pada guru atau sekedar kegiatan transfer
ilmu dimana siswa hanya dijejali oleh informasi/pengetahuan dari guru dan
jarang diajak berdiskusi atau diberi permasalahan tentang materi yang dibahas
untuk diselesaikan bersama sehingga siswa tidak termotivasi untuk mencari
informasi dari sumber yang lain dan tidak terlatih untuk menambah pengetahuan
melalui membaca.
·
Kurangnya model (dari kalangan guru) bagi siswa dalam hal membaca.
Beberapa
guru belum menjadikan membaca sebagai kebutuhan pendidikan, hal ini dapat
dilihat dari pemanfaatan waktu luang di sekolah bagi staf dan para guru. siswa
lebih sering melihat gurunya main catur, merokok, ngorol, bersendau gurau, dan
sebagainya pada saat waktu luang. Sehingga siswa tidak memiliki tauladan dari
guru dalam hal gemar membaca.
2.
Permasalahan Di Luar Lingkungan Sekolah
Ø Meningkatnya
penggunaan teknologi informasi elektronik.
·
Berkembangnya teknologi informasi menggeser minat masyarakat
terhadap aktivitas membaca buku. Gencarnya siaran Televisi (TV) yang mampu
menawarkan beragam tayangan menarik sangat mampu menyita perhatian banyak
orang, namun hal ini tidak diiringi dengan gencarnya sajian yang semakin
menarik dari media cetak atau buku. Apalagi aktivitas membaca lebih membutuhkan
kemampuan kosentrasi dan keaksaraan/kebahasaan dari pada aktivitas menonton TV
atau mendengar radio, sehingga menjadikan aktivitas membaca terkesan lebih
berat (sulit).
·
Berkembangnya tehnologi ‘jempol’ (hand-phone,
internet) menggeser minat manusia terhadap buku. Munculnya
perangkat komunikasi bernama hand-phone yang menawarkan
berbagai program murah berkomunikasi menjadi salah satu penyebab rendahnya
kemauan membaca seseorang karena orang lebih sering menghabiskan waktunya untuk
mengirim sms dan ngobrol lewat handphone dari
pada menghabiskan waktu untuk membaca, walaupun isi komunikasi tersebut boleh
dibilang kurang penting. Demikian juga dengan maraknya program
komunikasi yang menggunakan internet seperti Twitter, friendster dan
facebook ternyata juga mampu mengalihkan perhatian sebagian besar
orang dari kebutuhan membaca buku.
Ø Banyaknya keluarga yang belum menanamkan
tradisi wajib membaca.
Untuk membentuk
anak-anak yang memiliki kemampuan gemar membaca harus di mulai dari lingkungan
terdekat anak yaitu keluarga. Karena dalam keluargalah anak akan meniru apa
yang telah menjadi kebiasaan anggota keluarganya terutama orangtua. Tapi
kenyataan yang banyak terjadi kebanyakan orangtua terutama ibu dari anak-anak
indonesia lebih suka menonton TV dari pada membacakan buku untuk anak-anaknya
di rumah, mereka lebih sering membiarkan anak menonton TV dari pada harus
repot-repot melatih kebiasaan membaca yang mungkin dapat dimulai dengan
membacakan buku cerita, sehingga anakpun lebih akrab dengan TV dari pada dengan
buku.
Demikian juga dengan
prilaku orang orangtua yang lebih menyukai nonton TV, ngobrol danngerumpi dari
pada membaca buku. Masih sangat sedikit orangtua yang mau menyempatkan diri
membaca buku saat berada dalam rumah, orangtua lebih sering menyuruh anaknya
belajar atau membaca buku tetapi anak tidak mendapatkan contoh nyata bagaimana
orangtuanya juga belajar/membaca buku.
Ø Keterjangkauan
daya beli masyarakat terhadap buku.
Selain memang harga buku
yang masih terbilang mahal, masyarakat juga belum bisa merasakan secara
langsung keuntungan yang bisa didapat dari banyak membaca, terbukti belum ada
sosialisasi kalau orang yang banyak membaca hidupnya akan lebih baik dan
uangnya banyak. Masyarakat menganggap buku bukan sebagai kebutuhan, harga buku
yang melebihi harga sembako dan manfaat membeli buku belum sebanding dengan
manfaat dalam membeli sembako, buku masih menjadi barang mewah bagi sebagian
besar masyarakat indonesia.
Masyarakat Indonesia
memang belum banyak yang menyadari bahwa membaca merupakan hal pokok dalam
kehidupan yang penuh pembelajaran. Oleh sebab itu kemampuan membaca menjadi hal
paling utama yang harus mendapat perhatian dari banyak pihak terutama orangtua,
orang-orang yang bergerak dalam kependidikan, masyarakat dan juga pemerintah.
Untuk itu perlu
dilakukan upaya untuk membangun kegemaran dan kemampuan membaca masyarakat
Indonesia pada umumnya dan siswa pada khususnya, diantaranya :
a)
Meningkatkan Layanan Perpustakaan Di Sekolah Dan Lingkungan
Masyarakat
Ketersediaan bahan bacaan memungkinkan tiap orang untuk memilih
apa yang sesuai dengan minat dan kepentingannya. Dari situlah, tumbuh harapan
bahwa masyarakat kita akan semakin mencintai bahan bacaan dan memiliki
pengetahuan yang luas sehingga kemampuan berfikir kritis masyarakat akan
semakin terasah. Untuk itu selain perlu dikembangkan perpustakaan di
sekolah juga perlu dikembangkan perpustakaan berbasis masyarakat yang dikelola
oleh masyarakat dengan anggaran swadaya masyarakat. Hal itu dapat dilakukan
melalui :
ü
Dibangunnya Perpustakaan Nasional dan perpustakaan daerah (di
tingkat propinsi, kecamatan dan desa).
ü
Penyadaran pada masyarakat sekolah dan diluar sekolah untuk bahu
membahu dalam mengatasi keterbatasan sarana perpustakaan di wilayahnya dengan
program ”donasi buku” atau “waqaf buku” atau pendanaan sukarela dari donatur
tertentu dan dari warga yang lebih mampu untuk biaya operasional perpustakaan
tersebut.
ü
Penyediaan bahan bacaan yang variatif yang mendukung pembelajaran
dan mendorong siswa menyukai buku. Beberapa siswa memiliki minat yang berbeda
pada bentuk, cover, tampilan, dan desain buku yang berbeda dari tampilan
buku-buku paket pelajaran walaupun tema dan pembahasannya sama. Karena mungkin
juga minat baca siswa tidak hanya pada materi yang tertuang dalam pelajaran
tetapi pada pengetahuan lain yang belum tersaji dalam pembelajaran dikelas.
Oleh sebab itu pemerintah perlu menyediakan buku-buku bacaan yang variatif,
menarik dan bermutu, khususnya di tingkat SD sebagai penentu minat baca siswa
dan tahap awal siswa memahami manfaat buku.
ü
Peningkatan kinerja kepegawaian perpustakaan. Pelayanan
perpustakaan seperti kondisi ruangan yang cukup ventilasi, tidak sumpek/gerah, bersih,
luas dan rapi dalam penataan indeks buku akan membantu pengunjung merasa nyaman
dan bersemangat berkunjung keperpustakaan. Fasilitas pepustakaan juga sudah
berbasis teknologi. Koleksi ilmu pengetahuan tidak hanya dalam bentuk buku dan
kertas tetapi telah tersedia dalam berbagai sarana teknologi seperti CD dan
data online yang lebih mudah diakses.
b)
Memperbaharui Sistem Pembelajaran Di Sekolah
Guru perlu memberikan tugas pembelajaran yang menantang dan
menarik untuk siswa misalnya dalam proses kegiatan belajar guru
memberikan/memunculkan masalah yang dapat diskusikan bersama dengan siswa
sehingga dapat mendorong siswa untuk menggali banyak informasi melalui
aktivitas membaca.
Sekolah juga perlu membuat program membaca setiap pekan melalui
pendekatan bahasa seperti “whole language” yaitu suatu pendekatan
pengajaran bahasa secara utuh, dimana keterampilan menyimak, membaca, menulis
dan berbicara diajarkan secara terpadu. Contoh kegiatan misalnya program
membaca senyap selama 15 menit yang dilakukan oleh semua warga sekolah, lalu
membuat jurnal, ringkasan atau hasil karya tentang isi bacaan/buku yang telah
dibaca yang selanjutnya dapat di pajang dan dikonteskan dalam bentuk tulisan
atau pidato (presentasi), sehingga siswa termotivasi dalam membaca.
c)
Membudayakan Cinta Baca Mulai Dari Keluarga
i. Menumbuhkan minat
membaca anak sejak usia dini (pra sekolah)
·
Mengenalkan buku-buku bacaan yang menarik perhatian anak seperti
buku cerita atau buku bergambar. Minat membaca pada anak dibangun mulai dari
minat terhadap buku, ketertarikan pada buku akan merangsang anak termotivasi
memiliki kemampuan membaca dan membaca lebih banyak.
·
Membawa anak sesering mungkin ke pusat-pusat buku, seperti
perpustakaan, toko buku, bursa buku (book fair), dll.
·
Membantu anak merancang kegiatan bermain yang melibatkan buku,
seperti bermain peran menjadi pelayan di toko buku, membuat kliping bergambar
dari buku, majalah atau koran tentang sesuatu misalnya buah-buahan, binatang ,
dll.
·
Memberikan reward atas keberhasilan anak dengan hadiah buku.
ii. Menyediakan perpustakaan
keluarga.
Ketersediaan perpustakaan kecil keluarga akan membantu anggota
keluarga terbiasa akrab dengan buku saat berada di rumah dan pada waktu-waktu
berkumpul bersama anggota keluarga, hal ini juga membantu anak mengenali dan
menyukai buku sejak dini walaupun buku tersebut sudah pernah dilihat/dibacanya,
terkadang anak tidak bosan untuk membaca ulang.
iii. Menyediakan program
wajib baca dalam keluarga.
Orangtua perlu menetapkan jam wajib baca. Tiap anggota keluarga;
orangtua, anak-anak dan semua yang tinggal dalam rumah diminta untuk
mematuhinya. Sebaiknya orangtua menyisihkan waktunya untuk membaca buku, atau
sekadar menemani anak-anaknya membaca buku. Dengan begitu, anak-anak akan
mendapatkan contoh langsung dari kedua orang tuanya.
d)
Mengontrol Penggunaan Media Elektronik (TV, vidio
game, handphone, internet).
Peran orangtua dan guru sangat dibutuhkan dalam upaya ini, dimana
guru dan orangtua bekerjasama memberi pemahaman kepada siswa/anak tentang
dampak buruk penggunaan media elektronik yang tidak terkontrol dapat meyebabkan
hilangnya waktu belajar dan menurunnya kosentrasi.
e)
Memperbaiki Kerjasama Dengan Penerbit Dan Percetakan Buku Dalam
Pengadaan Buku Murah Berkualitas.
Pemerintah perlu mengupayakan kerjasama dengan penerbit dan
percetakan buku bacaan dalam menekan harga buku yang belum sesuai dengan
kemampuan daya beli masyarakat, hal ini mungkin dapat dilakukan dengan
mengurangi atau bahkan membebaskan beban pajak dan biaya penerbitan atau
percetakan, pemberian subsidi bagi penerbit buku sehingga harga buku dapat
lebih terjangkau oleh masyarakat.
KESIMPULAN
Bahwa sebagai
seorang pelajaran kita harus rajin membaca,karena jika kita membaca kita akan
mendapatkan ilmu dari setiap apa yang kita baca. Maka dari itu, kita harus bisa
menghilangkan rasa malas yang timbul dari dalam diri kita sendiri. kita juga
harus memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah tersedia di sekitar
kita,seperti perpustakaan, surat kabar, media massa, majalah, buku pelajaran
dan lain-lain. Kita harus mengisi waktu luang kita dengan hal-hal yang
positif,seperti membaca. Dengan adanya perkembangan teknologi contohnya
internet, sebagai pelajar kita diharapkan memanfaatkan internet untuk mencari
informasi yang berguna serta menambah wawasan dan pengetahuan.
SARAN
Sebagai seorang
pelajar kita sebaiknya menjadikan membaca sebagai suatu kebiasaan, karena
membaca adalah salah satu cara agar wawasan kita bertambah. Jangan terlalu
sering menggunakan waktu luang kita untuk melakukan hal yang sia-sia, seperti
menonton tayangan infotaiment secara berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus sekali artikel anda, terimakasih dapat membantu tugas- tugas kami. Sekali lagi trimakasih.
BalasHapus