1.
Pengertian
dan ciri-ciri perilaku menyimpang
1) Pengertian
Ada
berbagai definisi yang dikemukakan para pakar sosiologi mengenai perilaku
menyimpang, antara lain sebagai berikut.
a) Perilaku
menyimpang adalah penyimpangan terhadap kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam
masyarakat. (Soerjono Soekanto)
b)
Perilaku
menyimpang adalah pelanggaran terhadap norma masyarakat. (John J. Macionis)
c)
Perilaku
menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal
yang tercela dan di luar batas toleransi. (James W. Van der Zaden)
d)
Perilaku
menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
dalam suatu sistem sosial, dan menimbulkan usaha dari mereka yang paling
berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang. (Robert
M.Z Lawang)
e) Perilaku menyimpang adalah setiap
tindakan yang dianggap menyimpang dari nilai moral atau norma budaya yang
diakui oleh sebuah kelompok atau masyarakat. (Craig Calhoun, Donald Light
& Suzanne Keller)
Berdasarkan
berbagai definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa hakikat dari perilaku
menyimpang adalah perilaku seseorang/sekelompok orang yang dianggap melanggar
standar perilaku atau norma-norma yang berlaku dalam sebuah
kelompok/masyarakat. Bisa pula dikatakan, perilaku menyimpang merupakan
perilaku seseorang/sekelompok yang tidak menyesuaikan diri dengan kehendak umum
masyarakat/kelompok.
2) Ciri-ciri
Menurut Paul B. Horton dan Chester
L. Hunt (1996), ciri-ciri perilaku menyimpang sebagai berikut :
a) Suatu perbuatan disebut menyimpang
bilamana perbuatan itu dinyatakan sebagai menyimpang.
b) Penyimpangan terjadi sebagai
konsekuensi dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh
orang lain terhadap si pelaku menyimpang.
c) Ada perilaku menyimpang yang bisa
diterima dan ditolak.
d) Mayoritas orang tidak sepenuhnya
menaati peraturan sehingga ada bentuk penyimpangan yang relatif atau tersamar
dan ada yang mutlak.
e) Penyimpangan bisa terjadi terhadap
budaya ideal dan budaya real. Budaya ideal merupakan tata kelakuan dan
kebiasaan yang secara formal disetujui dan diharapkan diikuti oleh anggota
masyarakat. Sedangkan budaya real mencakup hal-hal yang betul-betul mereka
laksanakan.
f) Apabila ada peraturan hukum yang
melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat banyak orang, biasanya
muncul norma penghindaran.
2.
Penyebab perilaku menyimpang
Menurut
Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation, sebab-sebab penyimpangan
dibagi menjadi 2, yaitu
1) Factor subjektif, adalah factor yang
berasal dari dalam diri sendiri.
2) Factor objektif, adalah factor yang
berasal dari luar diri sendiri.
Selain
itu, penyebab lainnya antara lain :
a)
Lingkungan
Pergaulan
Jika seseorang bergaul dengan
sekelompok orang yang berperilaku menyimpang dalam jangka waktu yang lama, maka
seseorang tersebut lambat laun akan berperilaku sama seperti kelompoknya.
Dengan bergaul seseorang mengamati keadaan dari lingkungan kelompoknya. Seiring
waktu berjalan, seseorang dengan sendirinya akan mensosialisasi apa saja yang
menjadi nilai dan norma yang dianut oleh kelompok tersebut. Jika lingkungan
seseorang mempertontonkan aneka perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat, maka dapat dipastikan bahwa seseorang
tersebut melakukan hal serupa. Hal ini disebabkan terjadinya alih budaya (cultural
transmission) dari bentuk menyimpang kepada individu tersebut.
b)
Dorongan
Ekonomi
Kebutuhan dorongan ekonomi berpotensi
menimbulkan penyimpangan sosial. Setiap orang mempunyai harapan-harapan untuk
mempunyai penghidupan yang lebih baik terutama dalam bidang ekonomi. Namun,
keadaan ekonomi yang baik ternyata tidak mudah diwujudkan, diperlukan
pengorbanan dan perjuangan yang tidak mudah. Hal tersebut dapat mendorong orang
berbuat jahat yang dapat merugikan orang lain. Seperti mencopet, mencuri,
merampok, dan lain-lain. Yang kesemua perbuatan tersebut menyimpang dari tata
nilai dan aturan dalam masyarakat.
c)
Keinginan
untuk Dipuji atau Gaya-gayaan
Siapa yang tidak ingin dipuji oleh
orang lain? Tentu setiap orang ingin hasil karya atau tindakannya diakui dan
dipuji oleh lingkungan sekitarnya, tidak terkecuali dirimu. Dengan pujian orang
lain, keberadaan kita sebagai manusia diakui, harga diri, dan martabat kita
menjadi meningkat. Perasaan inilah yang mendorong orang melakukan penyimpangan
sosial. Misalnya, supaya dianggap anak yang pandai, Anto berusaha menyontek
saat ujian. Atau karena ingin dianggap orang kaya Nita berpenampilan semewah
mungkin.
d)
Pelabelan
Istilah pelabelan dalam penyimpangan
sosial dikemukakan oleh Edwin M. Lemert. Menurutnya, seseorang melakukan
perilaku menyimpang karena diberi cap (label) negatif oleh masyarakat. Semula
dia hanya melakukan penyimpangan primer (primary deviation). Kemudian
anggapan ini lebih dikenal dengan nama teori pelabelan. Misalnya, seorang siswa
ingin mendapatkan nilai baik dan mendapatkan prestasi yang gemilang. Pada saat
ujian dia berusaha menyontek. Namun, usahanya diketahui oleh guru yang menjadi
pengawas saat itu. Kemudian beliau menegurnya dan memberikan nilai nol. Karena
peristiwa itu, teman-teman mengejek dan mengolok-oloknya. Teman-teman selalu
menceritakan kesalahannya kepada siswa lain. Lambat laun dia dicap sebagai penyontek.
Label itu melekat pada dirinya dan seolah-olah menjadi identitas pribadi. Kini
teman-teman menjulukinya ”tuan sontek yang gagal”. Sebagai reaksi pelabelan
tersebut, dia berusaha membuktikan bahwa dia ”penyontek yang lihai” pada setiap
kesempatan yang ada. Oleh karena itulah, menyontek kini menjadi kebiasaannya
setiap kali ujian. Bahkan dia menyiapkan bermacam-macam cara menyontek agar
tidak ketahuan guru pengawas ujian.
e)
Gangguan
Jiwa atau Mental
Gangguan jiwa atau mental seseorang
mampu menjadi penyebab seseorang tersebut melakukan perilaku penyimpangan
sosial. Pernahkah kamu melihat orang gila? Bagaimanakah tingkah laku mereka?
Terkadang tindakan mereka aneh dan menggelikan serta memalukan. Berjalan tanpa
tujuan, tertawa dan berbicara sendiri, mencerca dan memaki orang-orang di
dekatnya. Bahkan bertelanjang badan tanpa seutas pakaian di sepanjang jalan.
Pada kasus ini rusaknya kesehatan jiwa atau mental dapat menjadikan seseorang
berperilaku menyimpang. Hal ini disebabkan dalam kondisi sakit jiwa seseorang
tidak mampu lagi memahami nilai dan norma yang ada.
b)
Pengaruh
Media Massa
Di era globalisasi seperti saat ini
perkembangan media massa mengalami kemajuan pesat. Pada hakikatnya, media massa
mempunyai kemampuan kuat dalam memengaruhi perilaku seseorang. Sebagaimana
diungkapkan oleh Sudjito Sastrodiharjo yang dikutip oleh Abdulsyani, jika
seseorang menonton film tentang kekerasan, maka setelah selesai menonton film
dia akan bersikap seperti pelaku dalam film tersebut. Belum lagi pengaruh
global penyebaran narkoba serta gaya hidup permisif, materialistis dan
konsumtif. Selain itu, masalah kecanduan rokok, minuman keras dan gaya hidup
bebas sekarang telah memasuki bukan saja dunia remaja, namun anak-anak SD
hingga bangku perguruan tinggi. Kenyataan-kenyataan ini menunjukkan betapa
besar pengaruh media massa bagi perilaku seseorang.
3.
Jenis-jenis
Perilaku Menyimpang
1) Berdasarkan
Kekerapannya
a)
Penyimpang primer
Penyimpang primer adalah perbuatan menyimpang
yang dilakukan oleh seseorang yang dalam aspek kehidupan lainnya masih mentaati
nilai dan norma (konformis). Penyimpangan yang dilakukan secara tersembunyi,
mudah untuk dimaafkan sehingga pelaku tidak dianggap melakukan penyimpangan.
Perbuatan menyimpangnya bisa mendapat toleransi dari masyarakat selama dapat
dimengerti secara rasional oleh masyarakat sebagai bagian dari peranan yang
harus dilakukan oleh si pelaku.
Bukan kebiasaan (baru dilakukan pertama kali)/sementara dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat.
Bukan kebiasaan (baru dilakukan pertama kali)/sementara dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat.
Contoh : - membunyikan petasan yang
besar pada malam lebaran
-
mengendarai motor di kampung dengan kecepatan tinggi
b) Penyimpangan
sekunder
Penyimpangan sekunder adalah suatu
perbuatan yang oleh masyarakat diidentifikasikan sebagai perbuatan menyimpang.
Orang yang melakukan perbuatan menyimpang ini disebut sebagai penyimpang.
Masyarakat tidak memberikan toleransi terhadap si penyimpang dan akan
menying-kirkan si penyimpang dari kelom-pok yang taat pada nilai dan norma
(konformis). Contohnya adalah pemakai dan pengedar narkoba, penjudi, pemabuk
dan penjahat.
Sudah menjadi kebiasaan dan tidak dapat
ditolerir oleh masyarakat.
Contoh
:
Ø Perampokan
Ø Penggunaan
narkoba
2) Berdasarkan
Jumlah Orang yang Terlibat
·
Penyimpangan Individual (Individual
Deviation)
Penyimpangan
individual merupakan penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang yangberupa
pelanggaran terhadap norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan.
Penyimpangan ini disebabkan oleh kelainan jiwa seseorang atau karena perilaku
yang jahat/tindak kriminalitas. Penyimpangan yang bersifat individual sesuai
dengan kadar penyimpangannya dapat dibagi menjadi beberapa hal, antara lain:
1. Tidak
patuh nasihat orang tua agar mengubah pendirian yang kurang baik, penyimpangannya
disebut pembandel.
2. Tidak
taat kepada peringatan orang-orang yang berwenang di lingkungannya, penyimpangannya
disebut pembangkang.
3. Melanggar
norma-norma umum yang berlaku, penyimpangannya disebut pelanggar
4.
Mengabaikan norma-norma umum, menimbulkan
rasa tidak aman/tertib, kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya,
penyimpangannya disebut perusuh atau penjahat.
·
Penyimpangan Kolektif (Group Deviation)
Penyimpangan kolektif yaitu:
penyimpangan yang dilakukan secara
bersamasama atau secara berkelompok. Penyimpangan ini dilakukan oleh
sekelompok orang yang beraksi secara bersama-sama (kolektif). Mereka patuh
pada norma kelompoknya yang kuat dan biasanya bertentangan dengan norma
masyarakat yang berlaku. Penyimpangan yang dilakukan kelompok, umumnya
sebagai akibat pengaruh pergaulan/teman. Kesatuan dan persatuan dalam
kelompok dapat memaksa seseorang ikut dalam kejahatan kelompok, supaya
jangan disingkirkan dari kelompoknya.
bersamasama atau secara berkelompok. Penyimpangan ini dilakukan oleh
sekelompok orang yang beraksi secara bersama-sama (kolektif). Mereka patuh
pada norma kelompoknya yang kuat dan biasanya bertentangan dengan norma
masyarakat yang berlaku. Penyimpangan yang dilakukan kelompok, umumnya
sebagai akibat pengaruh pergaulan/teman. Kesatuan dan persatuan dalam
kelompok dapat memaksa seseorang ikut dalam kejahatan kelompok, supaya
jangan disingkirkan dari kelompoknya.
Penyimpangan yang dilakukan secara
kelompok antara lain:
a)
Kenakalan remaja
b) Tawuran/perkelahian pelajar
c) Penyimpangan kebudayaan
3) Berdasarkan
Tipenya
Calhoun
membedakan 4 tipe kejahatan :
1) Kejahatan
tanpa korban (crime without victim) adalah
kejahatan yang tidak mengakibatkan penderitaan pada korban akibat tindak pidana
orang lain. Contohnya berjudi, mabuk-mabukan, penyalahgunaan narkotika, dan
sebagainya.
2) Kejahatan
terorganisir (organized crime) adalah pelaku
kejahatan merupakan komplotan yang secara berkesinambungan melakukan berbagai
cara untuk mendapatkan uang atau kekuasaan dengan jalan menghindari hukum.
Contohnya komplotan korupsi, penyediaan jasa pelacur.
3) Kejahatan
kerah putih (white collar crime) adalah
kejahatan yang mengacu pada kejahatan orang-orang terpandang atau berstatus
tinggi. Contohnya korupsi, kolusi.
4) Kejahatan
korporat (corporate crime) adalah jenis kejahatan yang dilakukan
atas nama organisasi dengan tujuan menaikkan keuntungan atau menekan kerugian.
Contohnya, suatu perusahaan membuang limbah beracun ke sungai yang
mengakibatkan penduduk sekitar mengalami berbagai jenis penyakit.
4.
Bentuk-bentuk
penyimpangan social
Bentuk-bentuk
perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut :
a)
Berdasarkan
sifat
Bentuk penyimpangan berdasarkan
sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
·
Penyimpangan
bersifat positif
Penyimpangan bersifat positif adalah
penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap sistem sosial karena
mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan
seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman.
Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita
karier.
·
Penyimpangan
bersifat negative
Penyimpangan bersifat negatif adalah
penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan
selalu mengakibatkan hal yang buruk seperti pencurian, perampokan, pelacuran,
dan pemerkosaan.
Bentuk
penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:
a.
Penyimpangan
primer (primary
deviation)
Penyimpangan
primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat
temporer dan tidak berulang-ulang. Misalnya seorang siswa yang terlambat masuk
sekolah karena ban sepeda motornya bocor, seseorang yang menunda pembayaran
pajak karena alasan keuangan yang tidak mencukupi, atau pengemudi kendaraan
bermotor yang sesekali melanggar rambu-rambu lalu lintas.
b.
Penyimpangan
sekunder (secondary
deviation)
Penyimpangan
sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga
berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa
minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk.
b) Berdasarkan pelakunya
Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya, dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
·
Penyimpangan
individual (individual
deviation)
Penyimpangan individual adalah
tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu
kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa
rencana melaksanakan suatu kejahatan. Penyimpangan individu berdasarkan kadar
penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut :
1. Pembandel, yaitu penyimpangan karena
tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2. Pembangkang, yaitu penyimpangan
karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
3. Pelanggar, yaitu penyimpangan karena
melanggar norma-norma umum yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar
rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya.
4. Perusuh atau penjahat, yaitu
penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian
harta benda atau jiwa di lingkungannya. Misalnya pencuri, penjambret, penodong,
dan lain-lain.
5. Munafik, yaitu penyimpangan karena
tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela.
·
Penyimpangan
kelompok (group
deviation)
Penyimpangan kelompok adalah
tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok
yang bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya, sekelompok
orang menyelundupkan narkotika atau obat-obatan terlarang lainnya.
·
Penyimpangan
campuran (combined
deviation)
Penyimpangan seperti itu dilakukan
oleh suatu golongan sosial yang memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu
ataupun kelompok didalamnya taat dan tunduk kepada norma golongan dan
mengabaikan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya, remaja yang putus sekolah
dan pengangguran yang frustasi dari kehidupan masyarakat, dengan di bawah
pimpinan seorang tokoh mereka mengelompok ke dalam organisasi rahasia yang
menyimpang dari norma umum (geng).
5.
Pengertian antisosial dan faktor penyebabnya
1) Pengertian
Pengertian
Sikap Antisosial Sikap antisosial adalah bentuk sikap seseorang yang secara
sadar atau tidak sadar tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan
nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Menurut Kartasapoetra, sikap antisosial
merupakan sebab dan juga sebaliknya sebagai akibat dari terjadinya perilaku
menyimpang. Atau dapat dikatakan sikap antisosial ini merupakan produkproduk
dari perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang menimbulkan akibat pada kondisi
psikologis manusia menjadi tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Dalam
masyarakat, sikap antisosial memiliki konotasi negatif dalam pengaruhnya
terhadap stabilitas dan keteraturan hidup bermasyarakat
2) Factor
penyebab
a. Adanya norma atau nilai sosial yang tidak sesuai
atau sejalan dengan keinginan masyarakat, sehingga terjadi kesenjangan budaya
termasuk pola pikir masyarakat.
b. Kurang siapnya pola pemikiran masyarakat untuk
menerima perubahan dalam tatanan masyarakat. Hal ini terjadi karena adanya
perubahan sosial yang menuntut semua komponen untuk berubah mengikuti tatanan
yang baru. Dalam perubahan ada komponen yang siap, namun sebaliknya komponen
yang tidak siap ini justru akan bersikap antisosial, karena tidak sepakat
dengan perubahan yang terjadi. Misalnya perusakan terhadap telepon umum.
c. Ketidakmampuan seseorang untuk memahami atau
menerima bentuk perbedaan sosial dalam masyarakat, sehingga akan mengakibatkan
kecemburuan sosial. Perbedaan-perbedaan dimaknai sebagai suatu permasalahan
yang dapat mengancam stabilitas masyarakat yang sudah tertata.
d. Adanya ideologi yang dipaksakan untuk masuk ke
dalam lingkungan masyarakat. Hal ini akan menimbulkan keguncangan budaya bagi
masyarakat yang belum siap untuk menerima ideologi baru tersebut.
e. Pemimpin yang kurang sigap dan tanggap atas
fenomena sosial dalam masyarakat, serta tidak mampu menerjemahkan keinginan
masyarakat secara keseluruhan.
Copas? Sertakan sumber ya :) Hargai penulis gan
tolong dicantumkan sumber refrensinya
BalasHapus